Lonjakan harga emas dunia kembali mencuri perhatian pasar global. Untuk pertama kalinya, logam mulia itu menembus angka $4.100 per ounce, sebelum terus menguat hingga $4.227 pada perdagangan pagi, Senin (14/10).
Rekor ini mempertegas posisi emas sebagai pelarian utama investor di tengah turbulensi geopolitik dan sinyal penurunan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Dikutip dari KanalHarian.com, Pada sesi perdagangan 13 Oktober, harga emas spot melonjak hampir $93 dan ditutup di $4.109 per ounce, menurut data Kitco. Hanya dalam waktu beberapa jam, harga terus menanjak hingga mencatat level tertinggi sepanjang sejarah.
Katalis utama reli emas datang dari Washington dan Beijing. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan penerapan tarif impor 100% terhadap barang-barang asal China, sebagai respons atas keputusan Beijing memperketat ekspor mineral tanah jarang—komponen penting dalam industri teknologi dan militer dunia.
Ketegangan ini segera mengguncang pasar keuangan, memicu investor beralih ke aset lindung nilai. “Kepanikan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi menjadi bahan bakar bagi reli emas,” tulis analis Blue Line Futures.
Sejak awal tahun, harga emas global telah naik 56%, mencerminkan kombinasi dorongan dari pembelian bank sentral, kekhawatiran politik, serta keyakinan bahwa suku bunga AS akan segera dipangkas.
Ekspektasi pelonggaran moneter kini semakin kuat. Investor memperkirakan peluang 97% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada pertemuan bulan ini, bahkan mencapai 100% untuk sesi Desember mendatang.
“Harga dapat melanjutkan tren ke atas. Pada akhir 2026, emas bisa mencapai $5.000 per ounce,” ujar Phillip Streible, Kepala Strategi Blue Line Futures. Ia menilai stabilnya pembelian oleh bank sentral, meningkatnya permintaan ETF, serta potensi pemangkasan suku bunga sebagai kombinasi ideal bagi reli jangka panjang.
Optimisme senada datang dari lembaga keuangan besar dunia. Bank of America dan Societe Generale sama-sama memperkirakan harga emas menembus $5.000 pada 2026, sementara Standard Chartered menyesuaikan proyeksi rata-rata menjadi $4.488 per ounce.
Baca Juga: Sinopsis dan Makna Drama China Aku adalah Seorang Ibu, Kisah Haru Tentang Pengorbanan
“Koreksi jangka pendek mungkin terjadi, namun justru menjadi momen sehat dalam tren kenaikan jangka panjang,” jelas Suki Cooper, Kepala Riset Komoditas di Standard Chartered Bank.
Reli emas turut menyeret komoditas lain. Perak menembus rekor baru di $52,1 per ounce, sedangkan platinum naik 3,9% menjadi $1.648, dan paladium menguat lebih dari 5% ke $1.478 per ounce.
Kenaikan serentak ini menandai pergeseran besar dalam preferensi investor global dari aset berisiko menuju logam berharga di tengah meningkatnya ketidakpastian hubungan dagang dan geopolitik.






