TUDEPOIN.COM – Dunia bisnis dan ketenagakerjaan India kembali diwarnai perdebatan sengit menyusul pernyataan kontroversial dari tokoh ternama, Narayana Murthy. Miliarder dan salah satu pendiri raksasa teknologi Infosys ini kembali menyuarakan dukungannya terhadap gagasan jam kerja 70 jam seminggu.
Pernyataannya tersebut memicu diskusi panas di berbagai kalangan, mulai dari pekerja, pengusaha, hingga pengamat ekonomi. Murthy, yang kerap dijuluki “bapak TI India”, berpendapat bahwa dedikasi tinggi terhadap pekerjaan adalah kunci kemajuan bangsa, bahkan hingga mengabaikan konsep keseimbangan hidup dan kerja.
Gagasan 70 jam kerja seminggu bukanlah hal baru bagi Murthy. Sebelumnya, ia juga pernah menyampaikan pandangan serupa, dan kali ini ia menegaskan kembali keyakinannya tersebut dalam sebuah acara Global Leadership Summit di Mumbai yang disiarkan oleh CNBC-TV18 India. Ia bahkan menyebut bahwa penetapan dua hari libur akhir pekan sebagai sebuah kesalahan. Ketegasan Murthy dalam mempertahankan pendapatnya ini menandakan komitmennya terhadap budaya kerja yang menurutnya penting bagi India.
Murthy beranggapan bahwa sebagai negara berkembang, India membutuhkan etos kerja yang tinggi untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju. Ia meyakini bahwa kerja keras adalah fondasi utama kemajuan, dan hal ini sejalan dengan pandangan beberapa tokoh lainnya yang melihat bahwa bahkan para pemimpin negara, seperti Perdana Menteri Narendra Modi dan kabinetnya, telah memberikan contoh dengan bekerja hingga 100 jam per minggu.
Lebih jauh, Murthy mengungkapkan kekecewaannya terhadap perubahan jumlah hari kerja dalam seminggu dari enam menjadi lima hari sejak tahun 1986. Ia menceritakan pengalamannya sendiri bekerja rata-rata 14 jam 10 menit setiap hari selama 6,5 hari seminggu. Menurutnya, kecerdasan dan bakat saja tidak cukup untuk mencapai kesuksesan tanpa diimbangi dengan kerja keras dan dedikasi tinggi. Pendapat Narayana Murthy tentang 70 jam kerja seminggu ini menuai berbagai tanggapan, khususnya di kalangan generasi muda.
Pernyataan ini pertama kali ia lontarkan pada Oktober 2023, ketika ia menyerukan kepada generasi muda India untuk bekerja keras sebagai bentuk rasa terima kasih kepada negara. Hal ini kemudian ditegaskannya kembali dalam wawancara dengan istrinya. Dedikasi terhadap pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi memang menjadi fokus utama bagi Narayana Murthy.
Namun, pandangan Murthy ini tidak serta merta diterima oleh semua pihak. Kode Kesehatan, Keselamatan, dan Kesejahteraan India membatasi jam kerja per hari maksimal 8 jam. Beberapa pihak berpendapat bahwa bekerja berlebihan hanya relevan bagi pemilik perusahaan, bukan bagi karyawan. Kontroversi 70 jam kerja seminggu ini terus menjadi perbincangan hangat.
Kritik juga datang dari berbagai kalangan, termasuk mantan karyawan Infosys yang mempertanyakan relevansi pernyataan Murthy dan bahkan menyamakannya dengan praktik eksploitasi. Isu 70 jam kerja seminggu ini memunculkan pertanyaan mendasar tentang keseimbangan hidup dan etika kerja.
Di tengah perdebatan ini, performa Infosys tetap menjadi sorotan. Perusahaan melaporkan pertumbuhan 3,3% dari tahun ke tahun. Tingkat pemanfaatan layanan perusahaan pada kuartal II-2024 mencapai 84,3%, yang berarti rata-rata konsultan perusahaan memiliki setidaknya satu hari libur dalam seminggu. Ironisnya, di saat CEO menekankan pentingnya dedikasi penuh terhadap pekerjaan, Infosys juga sempat menuai kritik karena menunda penempatan kerja 2.000 lulusan baru hingga dua tahun. Hal ini menimbulkan tanda tanya mengenai konsistensi antara pernyataan dan praktik perusahaan terkait 70 jam kerja seminggu.
Para insinyur yang menunggu penempatan kerja tersebut bahkan diwajibkan mengikuti pelatihan tanpa bayaran. Lebih dari 1.000 insinyur akhirnya mendapatkan pekerjaan pada bulan Oktober, menurut laporan NITES. Kasus ini menambah kompleksitas perdebatan tentang jam kerja dan kondisi kerja di India, khususnya di sektor teknologi. Isu 70 jam kerja seminggu ini menjadi cerminan dinamika dunia kerja modern.