TUDEPOIN.COM - Muncul pertanyaan di benak kita mengenai keberhasilan Chatgpt dalam menjawab sesuatu, Apakah ChatGPT benar-benar tahu segalanya?
Berdasarkan data teks yang tersedia, AI memilih kata-kata yang memiliki kemungkinan besar untuk digabungkan menjadi kalimat dan paragraf, tanpa memahami banyak topik seperti yang diyakini banyak orang.
"Dapat menghasilkan informasi yang tidak akurat" dan "Dapat memberikan instruksi berbahaya atau konten palsu" adalah 2 peringatan OpenAI sebelum pengguna mulai mengobrol dengan ChatGPT.
Baca Juga: Girl Grup TWICE Menjadi Artis Wanita Kpop Pertama yang Menang di 'Billboard Women In Music 2023'
Pasalnya, AI tidak terlalu memahami konten yang diberikannya, melainkan hanya mengurutkan kata-kata berdasarkan probabilitas statistik untuk membentuk respons.
AI diberi data ratusan miliar kata dalam bentuk buku, percakapan, dan artikel di Internet, yang darinya bergantung pada probabilitas statistik untuk memilih kata yang sering mengikuti kata sebelumnya.
Kata yang dipilih kembali menjadi "input" untuk memilih kata berikutnya, hingga respons selesai, itu kata kerja dari OpenAI.
Baca Juga: Tahta Orang Terkaya di Asia Telah Berpindah Tangan
Michael Wooldridge, peneliti AI di Alan Turing Institute di London juga mengatakan kekurangan dari Chatgpt ini.
"Jika saya menulis SMS kepada istri saya yang diawali dengan 'Saya akan...' telepon mungkin akan menyarankan kata-kata berikutnya 'pergi ke pub' atau 'kembali terlambat', karena frasa ini telah muncul di masa lalu. . hadir dalam pesan yang saya kirim ke istri saya, dan ada kemungkinan besar kata-kata yang akan saya gunakan untuk melengkapi pesan saat ini," jelas Michael Wooldridge, peneliti AI di Alan Turing Institute di London.
Dikutip dari Search Engine Journal, batasan paling jelas dari ChatGPT adalah ketidakmampuan untuk mengekspresikan emosi atau pikiran, melainkan hanya informasi, sehingga tampak tidak wajar saat berkomunikasi tentang topik yang diminati.
Baca Juga: Terungkap Alasan dibalik Tamara Bleszynski Menjual Hotel Warisan dari Mendiang Ayah
AI, meski sangat gramatikal dan informatif, tidak dapat menggantikan penulis karena tidak mewakili perspektif, pengalaman pribadi, dan persepsi, menurut peneliti Christopher Bartel di Appalachian State University.
Keterbatasan ini membuat hasil dari AI tampak seperti artikel, puisi, atau skrip yang terlihat kaku.
Artikel Terkait
Surat kabar Amerika Hentikan Rencana Menggunakan AI untuk Menulis
Kekayaan Elon Musk Meningkat Hampir 11 Miliar Dolar AS dalam 2 Hari
Elon Musk: Mobil listrik China adalah Saingan Besar Tesla
ChatGPT: Dapat dijadikan Alat Contekan Siswa, Namun Bisa Juga Jadi Alat Revolusi Pendidikan
Revolusi Teknologi, Kehilangan Pekerjaan Karena ChatGPT