Mengapa Tubuh Merasa Lesu Saat Terkena Flu?

Mengapa Tubuh Merasa Lesu Saat Terkena Flu?
Mengapa Tubuh Merasa Lesu Saat Terkena Flu?

TUDEPOIN.COM – Flu adalah penyakit yang sangat umum dan bisa mempengaruhi siapa saja.

Ketika seseorang terinfeksi flu, tubuhnya merespons dengan menghasilkan gejala seperti lesu, hilangnya nafsu makan, sakit tenggorokan, badan pegal, dan lain sebagainya.

Para ilmuwan mengungkapkan bahwa alasan di balik perasaan lesu ini adalah karena sel-sel saraf mengirimkan sinyal ke otak untuk memberi tahu tubuh tentang infeksi flu, yang kemudian direspons oleh otak dengan menghasilkan gejala.

Bagaimana Otak Merespons Infeksi

Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature pada tanggal 8 Maret, para ilmuwan menjelaskan bagaimana otak merespons infeksi flu.

Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan mempelajari tikus yang terkena flu dan menemukan bahwa sel-sel saraf mengirimkan sinyal ke otak untuk memberitahu mereka tentang infeksi.

Otak kemudian merespons sinyal-sinyal ini dengan membangkitkan gejala pada tubuh.

Para ilmuwan juga berpikir bahwa adanya neuron serupa yang terhubung ke berbagai bagian tubuh dapat memberi tahu otak tentang infeksi lain.

Neuron adalah sel otak yang mampu menerima sinyal dari luar dan bagian tubuh lainnya. Sinyal ini akan diteruskan ke otak dalam bentuk pulsa.

Menurut penulis Stephen Liberles dari Harvard Medical School di Boston, para ilmuwan masih belum yakin bagaimana otak merasakan infeksi di dalam tubuh.

Mereka berpikir bahwa molekul pembawa pesan dari tempat infeksi berjalan melalui aliran darah ke otak dan menyebar ke sana untuk secara langsung mengaktifkan program perilaku penyakit.

Mengatasi Gejala Flu

Prostaglandin adalah jenis molekul pembawa pesan yang penting untuk mengaktifkan perilaku penyakit.

Beberapa obat seperti aspirin dan ibuprofen dapat membantu menghentikan produksi prostaglandin dan mencegah penyakit.

Namun, para ilmuwan masih belum tahu secara pasti bagaimana kimia ini mempengaruhi otak.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa PGE2 prostaglandin yang diproduksi sebagai respons terhadap infeksi virus, dapat melakukan perjalanan melalui aliran darah untuk mencapai otak (di mana ia berinteraksi dengan sel-sel otak).

Para peneliti kemudian merekayasa tikus secara genetik yang tidak memiliki reseptor PGE2 di sistem saraf pusat.

Hasilnya, tikus masih berperilaku seperti sakit dengan semua gejala flu termasuk kehilangan nafsu makan dan kurang bergerak dari biasanya.

Temuan ini memiliki implikasi penting bagi para ilmuwan. Mereka sekarang lebih memahami bagaimana otak merespons infeksi dan berharap dapat mengembangkan terapi yang lebih efektif untuk mengatasi gejala flu.***